News Center >

NIELSEN: KONSUMSI MEDIA LEBIH TINGGI DI LUAR JAWA

4 minute read | May 2014

Jakarta, 21 Mei 2014 – Tingkat konsumsi media di 5 wilayah kota besar di luar Jawa yaitu Medan, Palembang, Denpasar, Makassar dan Banjarmasin ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan di 5 wilayah kota besar di Jawa yang meliputi Jakarta dan Bodetabek, Surabaya dan Gerbangkertasila, Bandung, Semarang, serta Yogyakarta dan Sleman-Bantul. Demikian hasil temuan Nielsen mengenai konsumen media baru-baru ini.

Secara keseluruhan, konsumsi media di kota-kota baik di Jawa maupun Luar Jawa menunjukkan bahwa Televisi masih menjadi medium utama yang dikonsumsi masyarakat Indonesia (95%), disusul oleh Internet (33%), Radio (20%), Suratkabar (12%), Tabloid (6%) dan Majalah (5%).  Namun ketika dilihat lebih lanjut, ternyata terdapat perbedaan yang sangat menarik antara pola konsumsi media di kota-kota di Jawa bila dibandingkan dengan kota-kota di luar Jawa. Konsumsi media Televisi lebih tinggi di luar Jawa (97%), disusul oleh Radio (37%), Internet (32%), Koran (26%), Bioskop (11%), Tabloid (9%) dan Majalah (5%). Sementara itu, di Jawa hanya konsumsi Internet yang sedikit lebih tinggi yaitu sebanyak 34%. Khusus mengenai Internet, penggunaan media ini mengalami pertumbuhan tertinggi dalam 4 tahun terakhir, hingga mencapai dua kali lipat baik di Jawa maupun luar Jawa.

“Pertumbuhan konsumsi internet melalui akses bergerak (mobile ) seperti telepon genggam dan wi-fi lebih tinggi di Jawa (5X lipat) dibandingkan di luar Jawa (3X lipat). Di kota-kota besar di Jawa kini kita semakin mudah mendapatkan akses internet melalui tempat-tempat yang menyediakan akses wi-fi gratis. Hal ini kemungkinan besar terjadi karena kualitas infrastruktur yang berbeda antara Jawa dan luar Jawa.” ujar Irawati Pratignyo, Managing Director, Media, Nielsen Indonesia. “Tapi pertumbuhan tingkat konsumsi internet memperlihatkan bahwa demand atau permintaan untuk akses internet itu  juga berkembang di luar Jawa, dan ini merupakan potensi yang sangat besar.”

Konsumsi Suratkabar ternyata lebih banyak pada konsumen di luar Jawa (26%) dibandingkan dengan di Jawa (11%).  Jumlah waktu rata-rata yang dihabiskan oleh konsumen di luar Jawa untuk membaca koran per hari pun lebih tinggi di kota-kota di luar Jawa, terutama tinggi di Palembang (47 menit) dan Denpasar yang mengalami pertumbuhan waktu membaca koran dari 18 ke 34 menit. Sementara itu di Jawa, kota Bandung mengalami penurunan waktu membaca koran terbanyak (dari 32 menit ke 20 menit).

Dalam hal konsumsi Radio, konsumen di luar Jawa tercatat lebih banyak mendengarkan radio (37%) dibandingkan dengan konsumen di Jawa (18%). Konsumen di luar Jawa rata-rata mendengarkan Radio melalui pesawat radio, namun konsumen di Jawa lebih banyak mendengarkan radio melalui telepon genggam. Pop Indonesia dan Dangdut merupakan jenis musik yang banyak digemari oleh para pendengar radio. Penduduk luar Jawa lebih banyak mendengarkan radio di sore hari, sementara di Jawa pada pagi hari.

Temuan Nielsen mengenai pola kepemirsaan Televisi menunjukkan bahwa jumlah persentase penonton (Rating) dan jumlah jam menonton di kota-kota di luar Jawa lebih tinggi dibandingkan dengan di kota-kota di Jawa. Pola kepemirsaan Televisi sepanjang hari tidak berbeda secara signifikan antara konsumen di Jawa dan luar Jawa dan tetap tinggi di jam-jam tayang utama (Prime Time), namun jenis acara yang paling banyak ditonton di Jawa sangat berbeda dengan di luar Jawa. Di Jawa, tayangan pertandingan sepak bola seperti Timnas U-19 mendominasi Top Program (6 dari 10) ; namun di luar  Jawa, hanya  2 dari 10 Top Program adalah pertandingan sepak bola. Penonton di luar Jawa masih lebih banyak menyaksikan jenis-jenis acara entertainment/hiburan seperti: talent-show & variety show, children, drama, movie dan comedy.

Tingginya pertumbuhan tingkat konsumsi terhadap media di luar Jawa ini sejalan dengan data BPS yang menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di luar Jawa lebih cepat/tinggi jika dibandingkan dengan di Jawa, serta besaran GDP dan laju peningkatan GDP yang lebih tinggi di luar Jawa dengan prediksi bahwa peningkatan ini akan terus berlanjut hinga 2030. 

Informasi mengenai gaya hidup konsumen di kota-kota di Jawa dan luar Jawa juga menunjukkan bahwa di luar Jawa, jumlah anggota keluarga rata-rata dalam satu rumahtangga relatif lebih besar (5.3) dibandingkan dengan kota-kota di Jawa (5.0). Penduduk di kota-kota luar  Jawa juga rata-rata memiliki penghasilan dan pengeluaran rumahtangga per bulan yang sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan di kota-kota di Jawa. 

Nielsen juga menemukan bahwa konsumen di kota-kota luar Jawa lebih gemar berbelanja atau ‘shopping’ dan makan di luar rumah, dibandingkan dengan konsumen di kota-kota di Jawa. Sebanyak 62% konsumen di luar Jawa menyatakan bahwa mereka berbelanja di pusat perbelanjaan dan 44% menyatakan bahwa mereka makan di restoran cepat saji dalam satu bulan terakhir. Sementara itu di Jawa hanya 42% konsumen berbelanja di pusat perbelanjaan dan 37% persen makan di restoran cepat saji dalam satu bulan terakhir. “Perkembangan pola gaya hidup ini menarik dicermati karena jumlah pasar modern (mall, pasar swalayan & minimarket) di luar Jawa hanya sepertiga dari yang ada di Jawa.  Namun, bila kita melihat lebih banyak konsumen di luar Jawa yang melakukan perjalanan domestik menggunakan pesawat (97%) dibandingkan dengan konsumen di Jawa (93%), maka tak mengherankan jika ternyata konsumen dari luar Jawa juga gemar berbelanja di kota-kota di Jawa.” tutur Irawati.  “Perkembangan di luar Jawa sangat luarbiasa, seperti terlihat dengan adanya peningkatan di berbagai pola konsumsi termasuk konsumsi media. Ini merupakan peluang luarbiasa bagi para pelaku industri.” pungkasnya.

Tentang Advertising Information Services Nielsen

Informasi belanja iklan dikumpulkan dari data Advertising Information Services yang memonitor aktivitas periklanan Indonesia. Mencakup  24 stasiun TV, 95 surat kabar dan 163 majalah dan tabloid. Semua angka didasarkan pada rate card gross, tanpa menghitung diskon, promo, dll.

Tentang Nielsen Audience Measurement

Nielsen Audience Measurement melaksanakan Pengukuran Kepemirsaan TV untuk 10 kota besar di Indonesia (Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung, Makassar, Yogyakarta, Palembang, Denpasar, dan Banjarmasin) dengan populasi TV sebanyak 49,525,104 individu berusia 5 tahun ke atas. Pengukuran elektronik menggunakan tekhnologi meter dengan GSM & GPRS dengan pengambilan data sepanjang malam. Data tersedia secara harian dengan kepemirsaan TV menit ke menit. Hasil survey hanyamencakup 10 kota besar di Indonesia dan tidak mewakili populasi Indonesia.